Adalah sebuah cinta yang merasukiku. Lalu adat dengan mudah menafikannya. Dengan alasan perbedaan yang sebenarnya tak beradat sama sekali. Apakah menikah harus sama? Apakah cinta kenal dengan perbedaan? Perbedaan species mungkin bisa tapi dia juga manusia. Aku mencoba mendobrak aturan tapi yang aku hadapi bukan orang lain adalah dia orang yang melahirkanku. Aku sedih namun tak tahu mesti bagaimana cara bersedih yang benar.
Cinta tumbuh dalam penafian. Aku tumbuh dewasa dalam pemikiran. Banyak buku kubaca, banyak kisah pengalaman kuselami dan aku makin menjadi penentang. Bahkan sekarang tafsiran ayat tuhan pun kadang mulai berani kutentang. Mengkritik bukan berarti kafir kan? Tanyaku dalam hati. Aku benci orang-orang yang ingin bertanya namun takut dan kadang diriku begitu, aku lalu membenci diriku sendiri. Aku juga benci orang yang tak mau bertanya tentang apa yang mereka pikirkan. Bukankah keyakinan timbul dari sebuah keraguan dan penasaran? Kadang aku juga seringkali begitu namun kali ini aku hanya menertawakan diri sendiri. Tak berani lagi membenci, toh antara benci dan rindu hanya dipisahkan sesuatu setipis kulit bawang. Kisah kulit bawang hanya akan berakhir jika aku berbicara soal temannya si kulit cabe.
Adalah cabe yang banyak dielukan para ibu rumah tangga, tak tanggung-tanggung harga cabe memeras pos dana beras, minyak sayur, minyak tanah, minyak angin dan wajah berminyak. Apakah ini bentuk kepedasan cabe yang tak terlampiaskan pada pemerintah hingga rakyat jadi korban. Di negeri orang yang cintanya dinafikan macam aku ini adalah rakyat yang selalu menanggung segala kebodohan orang-orang berpangkat. Orang-orang itu baru sadar dan sedikit bergerak jika sudah ada rakyatnya yang mati kepedasan karena cabe dan kemudian berbuat salah lagi. Salah lagi. Salah lagi.
“Daripada salah lebih baik tak berbuat apa-apa” begitu kata Tableh. Kau tahu Tableh? Tentu tidak. Tableh telah gila sejak berumur 15 tahun hingga sekarang, umurnya sudah kurang lebih lima puluhan sewaktu dia meninggal. sudikah kau percaya pada orang gila? Kalau kau sudi jangan pernah temui aku, aku belum siap berteman denganmu. Aku masih mau waras walaupun kadang-kadang sedikit gila karena terlalu banyak mendengar kata-kata orang gila. Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar